Motivasi
berasal dari kata berbahasa Inggris “motivation”,
yaitu proses psikologis yang mendorong, mempertahankan, dan mengatur perilaku
manusia dan hewan. Dalam kamus psikologi (Matsumoto, 2009) diakatakan bahwa
motovasi adalah [1] Proses mental yang mengarahkan manusia atau hewan lainnya
untuk bertindak. [2] Dalam teori belajar, situasi tertentu yang menghalangi
atau mendorong perilaku tertentu. [3] Keinginan yang kuat untuk mewujudkan
sebuah tujuannya. [4] Proses atau tindakan yang mendorong orang lain untuk
mewujudkan tujuannya.
Ada
beberapa motivasi yang dikemukakan para ahli. Secara garis besar motivasi
dibagi menjadi dua yaitu motivasi interinsik dan motivasi eksterinsik
[Santrock, 2004]. Motivasi interinsik ini adalah dorongan yang datang dari
dalam diri individu, sedangkan motivasi eksterinsik adalah dorongan yang
berasal dari luar diri individu. Kedua jenis motivasi ini menjadi pendorong
seseorang untuk melakukan perilaku untuk mencapai tujuannya.
Berikut
ada dua contoh perilaku murid sebagai ilustrasi dari konsep motivasi. Contoh
yang pertama digunakan untuk menggambarkan motivasi interinsik, yaitu seorang
murid yang memiliki tingakat membaca yang sangat tinggi karena diatahu bahwa
dengan membaca sebuah buku merupakan salah satu hal yang dapat mengantarkannya
ke berbagai dunia karena membaca buku adalah jendela dunia. Oleh karena
dorongan datang dari individu itusendiri maka ia tidak pernah merasa terbebani
pada saat melakukannya. Contoh kedua adalah perilaku seorang murid yang hanya
mau aktif dalam proses belajar mengajar jika keaktifannya mendapatkan reward
atau nilai tambah dari gurunya pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Contoh kedua ini merupakan motivasi eksterinsik karena dorongan untuk aktif
dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh reward atau nilai dari guru.
Motivasi
amat penting untuk dipelajari pada saat membahas program pengembangan
kompetensi guru. Motivasi seorang guru menentukan tindakan yang diambilnya
dalam merespon Peraturan Menteri mengenai sertifikaasi guru. Cerita berikut
dapat digunakan untuk membandingkan motivasi dua orang guru bernama Edy dan
Setyawan dalam mengikuti pelatihan pengembangan kompetensi. Pak Edy adalh
seorang guru SD di sebuah kecamatan. Dari sosialisasi program pelatihan
kompetensi yang dia ikuti di kantor Dinas Pendidikan, ia mengetahui kesempatan
baginya untuk memperoleh tambahan penghasilan yaitu tunjangan profesi pendidik.
Syarat memenuhi jumlah angka kredit dapat ia penuhi melalui pelatihan,
lokakarya, ataupun sekolah lanjut guna memperoleh gelar sarjana. Untuk mencapai
tujuan ini pak Edy mendaftarkan diri untuk mengikuti program pendidikan sarjana
di sebuah universitas. Program ini mengharuskan ia hadir pukul 15.00 setiap
hari. Dengan mengantongi ijazah, ia tinggal membutuhkan angka kredit 40 jam
pelatihan. Untuk mempercepat perolehan angka kredit ini, pak Edy mendaftarkan
diri untuk ikut program pengembangan kompetensi. Oleh karena ia harus mengajar
di pagi hari, maka pak Edy selalu datang terlambat di kelas pengembangan
kompetensi guru.
Motivasi
pak Edy ini dimasukan dalam kotegori motivasi eksterinsik. Ia mendaftarkan diri
sebagai mahasiswa program sarjana dan mengikuti program pelatihan pengembangan
kompetensi guru karena membutuhkan ijazah dan sertifikat. Sebagai pembanding
kita lihat guru lain yang sangat ingin meningkatkan kompetensinya sebagai
seorang guru. Pak Setyawan adalah guru SD di sebuah desa. Ia amat tertarik
dengan program pengembangan kompetensi yang memberikan kesempatan padanya untuk
berlatih meningkatkan kepekaannya sebagai seorang guru. Setelah mendapat ijin
dari Kepala Sekolah, pak Setyawan mendaftarkan dirinya untuk mengikuti program
pengemabangan kompetensi dan mengikuti semua acara dengan baik. Pak Setyawan
selalu mencari kesempatan untuk bertanya, mencoba, berlatih, dan meminta umpan
balik.
Dari
cerita kedua kedua orang guru tersebut kita dapat mengetahui bahwa motivasi pak
Edy dikategorikan sebagai motivasi eksterinsik. Ia melanjutkan sekolah ke
program sarjana dan mengikutiprogram pelatihan karena ingin mendapatkan ijazah
yang dapat ia gunakan sebagai syarat untuk mengajukan sertifikasi pendidik. Sebaliknya
motivasi pak Setyawan disebut motivasi internsik karena keinginannya untuk
mengembangkan keterampilannya sebagai seorang guru datang dari dalam dirinya.
Ia betul-betul ingin menjadi seorang guru yang kompeten, bukan sekedar ingin
menambah penghasilan melalui sertiikasi guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar