Jumat, 08 Maret 2013

Motivasi Berprestasi



Penelitian mengenai peran motivasi berprestai ini sudah dilakukan di berbagai bidang. Kusumawati [2006] membuktikan bahwa motivasi berprestasi berhubungan dengan pirma atau tidak primanya pelayanan yang diberikan oleh karyawan perusahaan air minum di Yogyakarta. Penelitian lain yang tidak kalah menariknya dilakukan oleh Kusumaningrum [2006] yang menemukan bahwa motivasi berorientasi ini berhubungan erat dengan perilaku kewargaorganisasian (Organizational citizenship behavior) pada karyawan perhotelan. Dalam bidang pendidikan motivasi murid terbukti berhubungan dengan prestasi belajar [Renchler, 1992], efikasi diri murid SMA [Afandi, 2012], dan sejumlah penelitian lainnya.
Motivasi menentukan perilaku seseorang dalam belajar dan bekerja. Seorang guru perlu secara terus menerus memotivasi murid agar dapat memperoleh hasil dan mengubah perilaku menjadi baik. Beberapa cara dan pengalaman dari guru dapat dijadikan contoh dalam memotivasi murid. Cara memotivasi ini memnentukan perilaku yang diperlihatkan murid. Dengan menggunakan kerangka Herbert Kelman [1961] mengenai perubahan perilaku maka sesungguhnya ada tiga model memotivasi dari seorang guru dan dampaknya yang diperlihatkan oleh murid.
1.      Kepatuhan (obedience). Pada model kepatuhan, pola yang dipakai guru dalam mempengaruji murid dilakukan dengan cara memaksa murid untuk patuh. Pada model ini guru mengancam dan menakut-nakuti muridnya dengan harapan murid akan patuh. Pada kondisi ini, anak didik akan patuh karena mereka takut kepada gurunya. Oelh karena ini bersifat motivasi ekserinsik maka hanya bersifat sementara.
2.      Identifikasi (Identification). Pada model identifikasi, guru memperlihatkan perilaku yang menyenangkan dengan memberi perhatian pada murid-muridnya. Dengan demikian anak mau belajar karena mereka senang dan pada gurunya maka semangat belajarnya akan tumbuh. Berdasarkan prinsip ini, maka guru perlu membangun hubungan baik dan menyenangkan dengan murid.
3.      Internalisasi (internalization). Dalam model ini, guru menginspirasi murid dengan cerita yang berisi kesuksesan hidup seseorang karena rajin belajar. Anak diajak menghayati kegunaan belajar bagi kesuksesan kehidupan di masa yang akan datang. Teknik motivasi ini ini merupakan teknik terbaik karena internalisasi menumbuhkan motivasi interinsik.
Cerita inspiratif merupakan conoh yang sangat paling sering digunakan. Salah satunya dikemukakan oleh Andrea Hirata [dalam novelnya berjudul LAskar Pelangi]. Cerita mengenaisorang gadis desa di Pulau Beitung. Dengan berbekal ijazah Sekolah Kepandaian Putri (SKP) gadis bernama Muslimah mengabdikan dirinya sebagai seorang guru di sebuah SD. Ibu guru Muslimah sangat ingin memajukan desanya melalui pendidikan. Totalitas pengabdannya diuji pada saat sebagian besar orang tua tidak mau lagi mengirimkan anaknya sekolah di sekolah SD mereka, murid yang tersisa hanya sepuluh orang dan sebagian besar rekan guru mengundurkan diri karena memilih pindah bekerja disekolah lain. Pada saat itu, gaji yang diterima ibu guru Muslimah hanya cukup untuk membeli beberapa kilogram beras saja tetapi demi memajukan pendidikan anak-anak desa, ibu guru ini tetap setia menjalankan tugasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar