Jumat, 08 Maret 2013

Mengenal Motivasi dan Contoh Motivasi



Motivasi berasal dari kata berbahasa Inggris “motivation”, yaitu proses psikologis yang mendorong, mempertahankan, dan mengatur perilaku manusia dan hewan. Dalam kamus psikologi (Matsumoto, 2009) diakatakan bahwa motovasi adalah [1] Proses mental yang mengarahkan manusia atau hewan lainnya untuk bertindak. [2] Dalam teori belajar, situasi tertentu yang menghalangi atau mendorong perilaku tertentu. [3] Keinginan yang kuat untuk mewujudkan sebuah tujuannya. [4] Proses atau tindakan yang mendorong orang lain untuk mewujudkan tujuannya.
Ada beberapa motivasi yang dikemukakan para ahli. Secara garis besar motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi interinsik dan motivasi eksterinsik [Santrock, 2004]. Motivasi interinsik ini adalah dorongan yang datang dari dalam diri individu, sedangkan motivasi eksterinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu. Kedua jenis motivasi ini menjadi pendorong seseorang untuk melakukan perilaku untuk mencapai tujuannya.
Berikut ada dua contoh perilaku murid sebagai ilustrasi dari konsep motivasi. Contoh yang pertama digunakan untuk menggambarkan motivasi interinsik, yaitu seorang murid yang memiliki tingakat membaca yang sangat tinggi karena diatahu bahwa dengan membaca sebuah buku merupakan salah satu hal yang dapat mengantarkannya ke berbagai dunia karena membaca buku adalah jendela dunia. Oleh karena dorongan datang dari individu itusendiri maka ia tidak pernah merasa terbebani pada saat melakukannya. Contoh kedua adalah perilaku seorang murid yang hanya mau aktif dalam proses belajar mengajar jika keaktifannya mendapatkan reward atau nilai tambah dari gurunya pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Contoh kedua ini merupakan motivasi eksterinsik karena dorongan untuk aktif dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh reward atau nilai dari guru.
Motivasi amat penting untuk dipelajari pada saat membahas program pengembangan kompetensi guru. Motivasi seorang guru menentukan tindakan yang diambilnya dalam merespon Peraturan Menteri mengenai sertifikaasi guru. Cerita berikut dapat digunakan untuk membandingkan motivasi dua orang guru bernama Edy dan Setyawan dalam mengikuti pelatihan pengembangan kompetensi. Pak Edy adalh seorang guru SD di sebuah kecamatan. Dari sosialisasi program pelatihan kompetensi yang dia ikuti di kantor Dinas Pendidikan, ia mengetahui kesempatan baginya untuk memperoleh tambahan penghasilan yaitu tunjangan profesi pendidik. Syarat memenuhi jumlah angka kredit dapat ia penuhi melalui pelatihan, lokakarya, ataupun sekolah lanjut guna memperoleh gelar sarjana. Untuk mencapai tujuan ini pak Edy mendaftarkan diri untuk mengikuti program pendidikan sarjana di sebuah universitas. Program ini mengharuskan ia hadir pukul 15.00 setiap hari. Dengan mengantongi ijazah, ia tinggal membutuhkan angka kredit 40 jam pelatihan. Untuk mempercepat perolehan angka kredit ini, pak Edy mendaftarkan diri untuk ikut program pengembangan kompetensi. Oleh karena ia harus mengajar di pagi hari, maka pak Edy selalu datang terlambat di kelas pengembangan kompetensi guru.
Motivasi pak Edy ini dimasukan dalam kotegori motivasi eksterinsik. Ia mendaftarkan diri sebagai mahasiswa program sarjana dan mengikuti program pelatihan pengembangan kompetensi guru karena membutuhkan ijazah dan sertifikat. Sebagai pembanding kita lihat guru lain yang sangat ingin meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru. Pak Setyawan adalah guru SD di sebuah desa. Ia amat tertarik dengan program pengembangan kompetensi yang memberikan kesempatan padanya untuk berlatih meningkatkan kepekaannya sebagai seorang guru. Setelah mendapat ijin dari Kepala Sekolah, pak Setyawan mendaftarkan dirinya untuk mengikuti program pengemabangan kompetensi dan mengikuti semua acara dengan baik. Pak Setyawan selalu mencari kesempatan untuk bertanya, mencoba, berlatih, dan meminta umpan balik.
Dari cerita kedua kedua orang guru tersebut kita dapat mengetahui bahwa motivasi pak Edy dikategorikan sebagai motivasi eksterinsik. Ia melanjutkan sekolah ke program sarjana dan mengikutiprogram pelatihan karena ingin mendapatkan ijazah yang dapat ia gunakan sebagai syarat untuk mengajukan sertifikasi pendidik. Sebaliknya motivasi pak Setyawan disebut motivasi internsik karena keinginannya untuk mengembangkan keterampilannya sebagai seorang guru datang dari dalam dirinya. Ia betul-betul ingin menjadi seorang guru yang kompeten, bukan sekedar ingin menambah penghasilan melalui sertiikasi guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar