Senin, 27 Mei 2013

Urbanisasi

Komik Pembelajaran Media Geografi

Sugguhkan cara penyampaian berbeda kepada siswa agar siswa menggemari pelajaran yang disampaikan. Contohnya seperti membuat Komik Pembelajaran Geografi seperti ini :D



Semoga komik pembelajaran ini bermanfaat dan dapat menginspirasi Anda.




Jumat, 17 Mei 2013

Deskripsi Batuan Beku

Batuan beku dapat dipisahkan menjadi batuan beku non fragmental dan batuan fragmental. Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku intrusif ataupun aliran lava yang tersususn atas kristal-kristal mineral. batuan beku fragmental juga dikenal dengan batuan piroklastik (pyro=api, clastics= butiran/pecah) yang merupakan bagian dari batuan volkanik.  Sebagai catatan, pada tulisan ini akan lebih menekankan pembahasana pada batuan beku non fragmental. Secara umum yang utama  harus diperhatikan dalam deskripsi batuan adalah:
  1. Warna Batuan
  2. Struktur Batuan
  3. Tekstur Batuan
  4. Bentuk Batuan
  5. Komposisi Mineral Batuan
1. Warna Batuan
Menurut Subroto (1984), yang diperhatikan pertama kali dalam deskripsi batauan beku adalah warna. Warna dari sampel batuanbeku dapat menentukan komposisi kimia batuan tersebut. Ada empat kelompok warna dalam batuan beku:
a.Warna Cerah
Warna cerah menunjukkan batuan beku tersebut bersifat asam.
b. Warna Gelap-Hitam
Batuan beku warna gelap-hitam termasuk atau memiliki sifat intermediet (menengah)
c. Warna Hitam Kehijauan
Batuan Dengan warna hitam kehijauan mempunyai sifat kimia basa.
d. Warna Hijau Kelam
Warna batuan beku yang hijau kelam termasuk dalam batuan ultra basa.
2. Struktur Batuan
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala besar. Seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), lava bongkah, struktur aliran dan lain-lain. Suatu bentuk dari struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya (Graha, 1987).
Pada batuan beku, struktur yang sering ditemukan adalah:
a. Masif
Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas.
b. Jointing
Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan. Kenampakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.
c. Vasikuler
Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas. Struktur ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu:
  1. Skoriaan, bila lubang gas tidak saling berhubungan.
  2. Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
  3. Aliran, bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang-lubang gas.
d. Amigdaloidal
Bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder.
e. Struktur Aliran
Semua batuan beku seharusnya ada berawal dari adanya aliran ke suatu tempat. Struktur aliran adalah bagian dari magma atau lava yang berdekatan pada pendinginan secara cepat pada kontak langsung, dan oleh karena itu batas ketercapaiannya pada viskositas yang relatif tinggi dan diakhiri dengan konsolidasi. Lebih dahulu bagian dalam yang lebih jauh terbentuk menjadi badan keras (Lahee,1961).
f. Struktur Bantal
Struktur bantal (pillow structure) adalah struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa yang berbentuk bantal. Dimana ukuran dari bentuk lava ini pada umumnya antara 30-60 cm (Graha, 1987).
3. Tekstur Batuan
Menurut Sapiie (2006), eberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:
  1. Gelas (Glassy) – tidak berbutir atau tidak mempunyai kristal (amorf).
  2. Afanitik (aphanitic) (fine grain texture)
  3.  berbutir sangat halus, hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
  4. Faneritik (phaneritic) – ( coarse grain texture)
  5. Berbutir cukup besar, dapat dilihat tanpa mikroskop.
  6. Porfiritik (porphyritik) – mempunyai dua ukuran kristal yang dominan.
  7. Piroklastik (pyroklastik) – mempunyai fragmen material volkanik.
Beberapa hal utama yang diperhatikan mengenai tekstur dalam deskripsi batuan :
Tingkat Kristalisasi
Merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan massa gelas dalam batuan. Dikenal 3 kelas derajat kristalisasi yaitu
  1. Holokristalin, apabila batuan tersususn seluruhnya oleh massa kristal.
  2. Hipokristalin, apabila batuan tersususun oleh massa gelas dan massa kristal.
  3. Holohyalin, apabila batuan seluruhnya tersusun oleh massa gelas.
Granularitas
Merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku. Dikenal 2 kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
  1. Afanitik: Kelompok ini mempunyai kristal-kristal yang sangat halus, sehingga antara mineral satu dengan lainya sulit dibedakan dengan mata biasa, ataupun dengan pertolongan lup atau kaca pembesar.
  2. Fanerik: Kristal-kristalnya terlihat jelas sehingga dapat dibedakan satu dengan yang lainnya secara megaskopis. Kristal fanerik dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu:
  • Halus, ukuran diameter butir (d) >1 mm
  • Sedang, 1 mm < d < 5 mm
  • Kasar, 5 mm < d < 30 mm
  • Sangat Kasar, d > 30 mm
Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan kristal yang lain atau dengan gelas. Terdapat beberapa kenampakan:
  1. Equigranular, yaitu jika ukuran butir sama besar atau seragam. Apabila mineral yang seragam dapat terlihat jelas dengan mata dan mineral penyusunnya dapat dibedakan dengan maka disebut dengan fanerik. Sedangkan mineral yang seragam tetapi tidak dapat dibedakan mineral penyusunnya dengan mata maka disebut afanitik
  2. Inequigranular, yaitu jika ukuran dari masing-masing kristal tidak sama besar(tidak seragam). Inequigranular dibedakan menjadi 2 yaitu:
  • Faneroporfiritik, yaitu jika  fenokris (mineral besar) terdapat diantara massa dasar kristal-kristal yang faneritik (terlihat dengan mata telanjang).
  • Porfiroafanitik, yaitu jika fenokris (mineral besar) terdapat diantara massa dasar kristal-kristal yang Afanitik ( tidak terlihat dengan mata telanjang).
Bentuk Kristal
Untuk kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat kesempurnaan  bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:
  1. Euhedral: Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang jelas.
  2. Subhedral: Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi bidang-bidang kristal
  3. Anhedral: Apabila bidang batas kristal tidak jelas
5.  Komposisi Mineral dan Deskripsi Batuan Beku
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam dentifikasi mineral yaitu:
a. Warna mineral
b. Kilap, yaitu kenampakan mineral jika dikenai cahaya. Dalam mineralogi dikenal kilap logam dan non logam. Kilap non logam terbagi lagi atas
  • Kilap intan
  • Kilap tanah, contoh : kaolin, dan limonit.
  • Kilap kaca, contoh : kalsit, kuarsa.
  • Kilap mutiara, contoh : opal, serpentin.
  • Kilap dammar, contoh : spharelit.
  • Kilap sutera, contoh : asbes.
c.    Kekerasan, yaitu tingkat resistansi mineral terhadap goresan, umumnya ditentukan dengan skala Mohs.
d.    Cerat, yaitu warna mineral dalam bentuk serbuk.
e.    Belahan, yaitu kecenderungan mineral untuk membelah pada satu atau lebih arah tertentu sebagai bidang dengan permukaan rata.
f.     Pecahan, jika kecenderungan untuk arah tak beraturan. Macamnya :
  • Concoidal :  seperti pecahan botol, contoh: kuarsa.
  • Fibrous : kenampakan berserat, contoh: asbes, augit.
  • Even: bidang pecahan halus, contoh: mineral-mineral lempung
  • Uneven  : bidang pecahan kasar, contoh: magnetit, garnet.
  • Hackly  : bidang pecahan runcing-runcing, contoh: mineral-mineral logam.
Komposisi mineral penyusun batuan beku dibedakan menjadi:
a. Mineral Primer: Merupakan mineral hasil pertama dari proses pembentukan batuan beku,  terdiri atas:
  • Mineral Utama (essential minerals) : yaitu mineral yang jumlahnya cukup banyak (>10%). Mineral ini sangat penting untuk dikenali karena menentukan nama batuan.
  • Mineral tambahan (accessory minerals) : yaitu mineral-mineral yang jumlahnya sedikit (<10% ) dan tak menentukan nama batuan.
b. Mineral Sekunder:  Merupakan mineral hasil ubahan (alterasi) dari mineral primer.
Mineral yang pada umumnya sebagai penyusun batuan beku, yaitu:
a. Mineral-mineral yang tersusun dari unsur silika dan alumina dengan warna yang cerah dan biasa disebut sebagai mineral asam kecuali (Ca-Plagioklas), yaitu:
  • Kuarsa : jernih, putih susu seperti gelas kadang kelabu, tanpa belahan.
  • Muskovit : jernih hingga coklat muda, belahan satu arah, sehingga terlihat seperti lembaran.
  • Ortoklas : putih, merah daging (pink), belahan dua arah saling tegak lurus.
  • Plagioklas : putih abu-abu (Na), abu-abu gelap (Ca), terdapat striasi pada bidang belah.
b. Mineral-mineral yang tersusun dari unsur-unsur besi, magnesium dan kalsium, warna gelap dan biasa disebut sebagi mineral basa yaitu:
  • Olivin : kuning kehijauan, kristal kecil menyerupai gula pasir.
  • Piroksen (augit) : hijau tua, hitam suram, pendek, belahan 2 arah tegak lurus.
  • Amfibole/ Hornblende : hitam mengkilat – hijau, panjang, belahan 2 arahmembentuk sudut 60 derajat sampai 120 derajat.
  • Biotit : hitam, belahan satu arah, sehingga terlihat seperti lembaran-lembaran.

6. Batuan Beku Fragmental (sedikit pembahasan)
Batuan beku fragmental juga dikenal dengan batuan piroklastik (pyro=api, clastics= butiran/pecah) yang merupakan bagian dari batuan volkanik. Batuan fragmental ini secara khusus terbentuk oleh proses vulkanik yang eksplosif (letusan). Bahan-bahan yang dikeluarkan dari pusat erupsi kemudian mengalami lithifikasi sebelum atau sesudah mengalami perombakan oleh air dan es.
Secara genetik batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi 4 tipe utama, yaitu:
  1. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastik fall deposits)
  2. Endapan Aliran Piroklastik (pyroklastik flow deposits)
  3. Pyroclastik Surge Deposits
  4. Lahar

Selasa, 14 Mei 2013

Keanekaragaman Hayati

Konsep Keanekaragaman Hayati

Setiap makhluk hidup mempunyai sifat yang sama atau berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Keaneka-ragaman hayati terbentuk akibat adanya keseragaman dan keberagaman sifat atau ciri makhluk tersebut. Jadi, keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies, dan ekosistem di suatu daerah.
Penyebab keanekaragaman hayati ada dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi (fenotipe) organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif labil pengaruhnya terhadap morfologi (fenotipe) organisme.
Keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.
1. Keanekaragaman Gen
Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman individu dalam satu jenis makhluk hidup. Keanekaragaman gen mengakibatkan variasi antarindividu sejenis, misal keanekaragaman gen pada manusia.
Keanekaragaman gen pada manusia dapat terlihat pada perbedaan sifat antara lain warna mata (biru, hitam, dan cokelat), ukuran tubuh, warna kulit (hitam, putih, sawo matang, dan kuning), serta bentuk rambut (lurus, ikal, dan keriting). Keanekaragaman sifat tersebut
disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut gen.
image
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS Ar Ruum: 22)
Gb. Keanekaragaman Gen pada Manusia

Semua makhluk hidup dalam satu jenis (spesies) memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama. Gen adalah substansi terkecil atau unit dasar yang membawa faktor keturunan. Melalui gen inilah sifat-sifat dari induk diwariskan kepada keturunannya.
Perbedaan gen (variasi gen) pada setiap makhluk hidup mengakibatkan sifat genotipe dan sifat fenotipe pada setiap makhluk hidup menjadi berbeda.
Apa yang mengakibatkan terjadinya keanekaragaman gen? Keanekaragaman gen dapat terjadi akibat perkawinan antarmakhluk hidup sejenis (satu spesies). Susunan gen suatu individu berasal dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari kedua induk tersebut akan mengakibatkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas yang terjadi secara alami. Keanekaragaman gen juga dapat terjadi secara buatan melalui perkawinan silang.
Keanekaragaman gen secara alami dan buatan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Misalnya anggur yang biasanya ditanam di daerah dingin, kemudian ditanam di daerah panas maka buah yang dihasilkan akan berbeda. Pada daerah dingin tanaman anggur berbuah besar dan manis. Apabila ditanam di daerah panas,
tanaman anggur berbuah kecil dan masam.
2. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antarjenis (interspesies) dalam satu marga. Keanekaragaman jenis lebih mudah diamati daripada keanekaragaman gen. Hal ini karena perbedaan antarspesies makhluk hidup dalam satu marga lebih mencolok daripada perbedaan antarindividu dalam satu spesies, misal tumbuhan sirsak dan srikaya. Keduanya termasuk dalam genus yang sama yaitu  Annona. Namun, keduanya mempunyai ciri-ciri fisik berbeda. Perhatikan gambar berikut!
image
3. Keanekaragaman Ekosistem
Dalam suatu ekosistem terdapat makhluk hidup dan lingkungan. Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup melakukan hubungan timbal balik, baik antarmakhluk hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam ekosistem.
Apa yang mengakibatkan terjadinya keanekaragaman tingkat ekosistem? Keanekaragaman tingkat ekosistem terjadi akibat adanya perbedaan letak geografis. Perbedaan letak geografis ini mengakibatkan terjadinya perbedaan iklim.
Pada iklim yang berbeda pasti terdapat perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lama penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) yang hidup di suatu daerah.
image
Indonesia memiliki kurang lebih 47 ekosistem alami yang berbeda mulai dari ekosistem salju abadi sampai berbagai macam ekosistem hutan dataran rendah dan padang rumput. Ada juga ekosistem danau, rawa, terumbu karang, dan hutan bakau.

Proses Terbentuknya Benua dan Samudra

Benua dan samudra terbentuk melalui proses yang sangat panjang. Dahulu
bentuk benua dan samudra tidak seperti sekarang ini. Setelah melalui proses yang
panjang maka terbentuklah benua seperti pada saat ini. Bagaimanakah benua dan
samudra terbentuk? Ada seorang ilmuwan asal Jerman yang bernama Alfred
Wagener yang mengemukakan teori tentang pembentukan benua. Menurut Alfred
Wagener, sebelum zaman Carbon (+ - 300 juta tahun yang lalu), semua benua
yang ada sekarang ini tergabung menjadi satu yang disebut Benua Pangea. Benua
Pangea kemudian terpecah menjadi dua benua, yaitu Benua Laurasia (di bagian
utara) dan Benua Gondwana (di bagian selatan). Proses pecahnya benua Pangea ini
terjadi sekitar 135 juta tahun lalu. Selanjutnya Benua Laurasia bagian barat bergerak
ke utara menjauhi benua Gondwana yang akhirnya membentuk benua Benua
Amerika Utara. Sedangkan Benua Gondwana di selatan terpecah menjadi beberapa
benua, yaitu sebagai berikut.
1) Bagian barat bergeser terus ke arah barat menjadi Benua Amerika Selatan.
2) Bagian timur bergerak ke timur menjadi Benua Afrika.
3) Bagian yang lebih kecil di bagian timur terus bergerak ke arah timur laut dan
menjadi India.

4) Satu bagian lagi terpecah menjadi dua, yaitu bagian timur terus begerak ke
arah timur laut, dan pecahan bagian barat terus bergerak ke arah selatan.
Perkembangan selanjutnya, Amerika Utara bergabung menjadi satu dengan
Amerika Selatan, Eurasia menjadi Benua Eropa dan Benua Asia. Bagian paling selatan
yang bergerak ke selatan menjadi benua Antartika dan bagian dari bagian selatan
yang bergerak ke timur laut menjadi Benua Australia.
Teori Wagener disebut juga Teori Pergeseran Benua. Teori ini didasarkan pada
fakta-fakta sebagai berikut.
a. Lekukan atau bentuk pantai di Afrika Timur, Amerika Utara, dan Amerika
Selatan dengan pantai barat Eropa dan Afrika hampir sama.
b. Daratan Tanah Hijau (Greenland) menjauh dari Eropa sejauh +- 36 centimeter
setiap tahun.
c. Tanah di Amerika Selatan, Afrika, India, Australia dan Antartika menunjukkan
persamaan sifat.
d. Pulau Madagaskar dalam gerakannya ke arah barat terhambat oleh Afrika.

Media Pembelajaran Geografi - Proses Terjadinya Gerhana Matahari


Agar siswa dapat lebih bisa memahami suatu fenomena geosfer, kita dapat mendemonstrasikan percobaan-percobaan sederhana seperti yang ada di video dibawah ini.


Minggu, 21 April 2013

Sifat-Sifat Fisik Mineral

Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan  penyusun atom-atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu (Graha,1987)
Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:

1)      Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi  jenis:
a.    Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
·         Gelena

·         Pirit

·         Magnetit

·         Kalkopirit

·         Grafit

·         Hematit


b.    Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
·         Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
·         Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
·         Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
·         Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada spharelit.
·         Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.
·         Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).

2)      Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti:
·         Putih                Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
·         Kuning             : Belerang (S)
·         Emas                : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
·         Hijau                :  Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
·         Biru                   :  Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
·         Merah               : Jasper, Hematit (Fe2O3)
·         Coklat               : Garnet, Limonite (Fe2O3)
·         Abu-abu            : Galena (PbS)
·         Hitam                : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

3)      Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .
Skala Kekerasan Mohs
Skala Kekerasan
Mineral
Rumus Kimia
1
Talc
H2Mg3 (SiO3)4
2
Gypsum
CaSO4. 2H2O
3
Calcite
CaCO3
4
Fluorite
CaF2
5
Apatite
CaF2Ca3 (PO4)2
6
Orthoklase
K Al Si3 O8
7
Quartz
SiO2
8
Topaz
Al2SiO3O8
9
Corundum
Al2O3
10
Diamond
C

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan kekerasan dari alat penguji standar :
Alat Penguji
Derajat Kekerasan Mohs
Kuku manusia
2,5
Kawat Tembaga
3
Paku
5,5
Pecahan Kaca
5,5 – 6
Pisau Baja
5,5 – 6
Kikir Baja
6,5 – 7
Kuarsa
7


4)      Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya :
·         Pirit :  Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak berwarna hitam.
·         Hematit :  Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
·         Augite :  Ceratnya abu-abu kehijauan
·         Biotite :  Ceratnya tidak berwarna
·         Orthoklase  :  Ceratnya putih
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral (Sapiie, 2006).


5)      Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).

Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan.  Berikut contoh mineralnya:
a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.
b. Belahan dua arah, contoh   : feldspar.
c. Belahan tiga arah, contoh    : halit dan kalsit.

6)      Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994).
Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
·         Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
·         Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit, hipersten
·         Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
·         Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
·         Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.






7)      Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994).
Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:
a.    Bangun kubus                     : galena, pirit.
b.    Bangun pimatik                  : piroksen, ampibole.
c.    Bangun doecahedon         : garnet
Mineral amorf misalnya          : chert, flint.
Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut:
·         Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran butirnya dapat dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut mempunyai sakaroidal.
·         Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau struktur berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.
·         Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.
·         Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan  struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).

8)      Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

9)      Sifat Dalam
Sifat dalam adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini adalah
·         Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit.
·         Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas, tembaga.
·         Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh gypsum.
·         Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.
·        Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya, contoh: muskovit.




10)  Kemagnitan
Kemagnitan adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertical.

11)  Kelistrikan
Kelistrikan adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus atau londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.

12)  Daya lebur mineral
Daya lebur mineral yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan.